Jumat, 11 Februari 2011

LEGENDA BUKIT KELAM:


BUJANG SEBEJI DAN TEMENGGUNG MARUBAI

Keberhasilan dan kesuksesan temenggung Marubai dalam menangkap ikan di pertigaan sungai Melawi membuat Bujang Sebeji iri hati. Dia marah dan benci kepada Marubai karena banyak sekali ikan yang diperolehnya. Akibat iri hatinya itu, ia mengangkat dan menggendong sebuah batu besar dengan menggunakan tujuh lembar daun ilalang. Hal ini ia lakukan untuk membendung dan menutup aliran sungai yang menghubungkan sungai Kapuas dan sungai Melawi. Tujuannya supaya Temenggung Marubai tidak mendapat ikan lagi.
Saat menuju pertigaan sungai Melawi, tiba-tiba Bujang Sebeji mendengar suara teriakan dan ejekan dari bidadari yang ada di kayangan. Mendengar itu, ia sangat jengkel dan marah. Ia menurunkan batu yang digendongnya dan meletakkannya di tanah. Sembari itu, ia menyempatkan diri untuk bertapa di suatu tempat. Ia meminta kekuatan kepada dewa-dewa dan meminta perlindungan pada semua mahkluk hidup di dunia. Tidak lupa pula ia memberikan makanan kepada semua binatang yang ada. Namun sayang, ada satu binatang yang lupa diberinya makan, yakni rayap.
Setelah semua dikerjakannya, ia mengambil tangga yang panjangnya sampai ke langit. Lalu, naiklah ia menuju kayangan tempat para bidadari berada. Ketika hampir sampai di kayangan, tangga milik Bujang Sebeji runtuh karena dimakan oleh rayap. Bujang Sebeji pun jatuh ke bumi dan mati. Batu besar yang semulanya digunakan untuk membendung aliran sungai Melawi tak berhasil dipindahkan, sehingga batu itu sampai sekarang berada di kota Kelam, Sintang, Kalimantan Barat.
“Kejahatan dan kebaikan selalu ada di dalam dunia. Ada hitam dan ada putih. Namun pada akhirnya kejahatan tak akan pernah mampu mengalahkan kebaikan dan kebenaran. Sebab, kebaikan tertinggi adalah Allah sendiri (Summum Bonum).”    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar